Aksioma Model AHP
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP, yaitu :- Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x
- Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru
- Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya
- Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap
Prinsip Kerja AHP
Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas tiga prinsip dasar (Saaty, 1994), yaitu:Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang rumit dan kompleks, sehingga menjadi jelas dan rinci. Keputusan yang akan diambil ditetapkan sebagai tujuan, yang dijabarkan menjadi elemen-elemen yang lebih rinci hingga mencapai suatu tahapan yang paling operasional/terukur. Hirarki tersebut memudahkan pengambil keputusan untuk memvisualisasikan permasalahan dan faktor-faktor terkendali dari permasalahan tersebut. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan dari pihak-pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.Penentuan Prioritas
Prioritas dari elemen-elemen pada hirarki dapat dipandang sebagai bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam pengambilan keputusan. Metode AHP berdasarkan pada kemampuan dasar manusia untuk memanfaatkan informasi dan pengalamannya untuk memperkirakan pentingnya satu hal dibandingkan dengan hal lain secara relatif melalui proses membandingkan hal-hal berpasangan.Proses inilah yang disebut dengan metode perbandingan berpasangan untuk menganalisis prioritas elemen-elemen dalam hiaraki. Prioritas ditentukan berdasarkan pandangan dan penilaian para ahli dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik dengan diskusi atau kuisioner.
Konsistensi Logika
Prinsip pokok yang menentukan kesesuaian antara definisi konseptual dengan operasional data dan proses pengambilan keputusan adalah konsistensi jawaban dari para responden. Konsistensi tersebut tercermin dari penilaian elemen dari perbandingan berpasangan.Matriks Perbandingan Berpasangan
Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise comparison matrix (matriks
perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar
kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan
kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan
di atasnya. Sebagai contoh, kriteria spesifikasi dan kriteria biaya akan
dibandingkan seberapa pentingnya dalam hal memilih armada transportasi.
Begitu juga untuk alternatif. Kendaraan A, B, dan C akan dibandingkan
secara berpasangan (dan akan dibentuk matriks) dalam hal sub-kriteria
biaya pemeliharaan misalnya.
Nilai-nilai yang disarankan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut:
- 1 : sama penting (equal)
- 3 : lebih penting sedikit (slightly)
- 5 : lebih penting secara kuat (strongly)
- 7 : lebih penting secara sangat kuat (very strong)
- 9 : lebih penting secara ekstrim (extreme)
Selain nilai-nilai di atas, nilai-nilai antaranya juga bisa
digunakan, yakni 2, 4, 6, dan 8. Nilai-nilai ini menggambarkan hubungan
kepentingan di antara nilai-nilai ganjil yang disebutkan di atas.
Sementara jika kepentingannya terbalik, maka kita dapat menggunakan
angka reprisokal dari nilai-nilai di atas. Misalnya perbandingan
berpasangan antara kriteria 1 dan 3 adalah 1/5, artinya kriteria 3 lebih
penting secara kuat dari pada kriteria 1.
Matriks perbandingan berpasangan tersebut harus dibuat tiap level
yang memiliki hirarki atasan yang sama. Sebagai contoh pada hirarki
sebelumnya, kita harus membuat matriks perbandingan berpasangan untuk
sub-kriteria kapasitas angkut dan sub-kriteria ketersediaan suku cadang
terhadap kriteria spesifikasi, matriks perbandingan berpasangan antara
sub-kriteria biaya pembelian, biaya pemeliharaan dan biaya perton
mileage terhadap kriteria biaya, dan seterusnya.
Dalam membuat matriks berpasangan, kita hanya perlu menentukan
matriks segitiga atas saja karena matriks segitiga bawah hanyalah nilai
reprisokal dari matriks segitiga atas. Selain itu, nilai-nilai diagonal
pada matriks perbandingan berpasangan adalah satu (karena setiap item
dibandingkan dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, apabila kita
ingin membuat matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah n item, maka kita hanya perlu membuat perbandingan sejumlah n(n-1)/2.
Jika semua matriks perbandingan berpasangan sudah dikumpulkan, kita
dapat menghasilkan bobot prioritas akhir dari kandidat pilihan. Langkah
pertama adalah setiap matriks perbandingan berpasangan perlu dicari
bobot absolut masing-masing item. Setelah itu, bobot prioritas akhir
didapat dengan mengkalikan bobot absolut alternatif dengan bobot-bobot
kriteria dan sub-kriteria di atasnya. Kemudian, bobot prioritas akhir
ini dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan kandidat ataupun pengurutan
kepentingan kandidat pilihan.
Langkah – langkah AHP
- Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
- Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-tujuan, kriteria dan kemungkinan alternative – alternative pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
- Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing –
masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan
dilakukan berdasarkan
judgement dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. - melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruh sebanyak n x [ (n-1)/2 ] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
- Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
- Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
- Mengikuti vector eigen disetiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis judgement dalam penentuan prioritas elemen – elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
- Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgement harus diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar