Secara etimologi kata kriptografi (
Cryptography) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu kryptos yang artinya yang tersembunyi dan graphein
yang artinya tulisan (Prayudi, 2005). Awal mula kriptografi dipahami
sebagai ilmu tentang menyembunyikan pesan (Sadikin, 2012), tetapi
seiring perkembangan zaman hingga saat ini pengertian kriptografi
berkembang menjadi ilmu tentang teknik matematis yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan keamanan berupa privasi dan otentikasi (Diffie,
1976).
Sejarah Kriptografi
Sejarah penulisan rahasia tertua dapat ditemukan pada peradaban Mesir
kuno, yakni tahun 3000 SM. Bangsa Mesir menggunakan ukiran rahasia yang
disebut dengan
hieroglyphics untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang yang berhak.
Awal tahun 400 SM bangsa Spartan di Yunani memanfaatkan kriptografi di bidang militer dengan menggunakan alat yang disebut
scytale,
yakni pita panjang berbahan daun papyrus yang dibaca dengan cara
digulungkan ke sebatang silinder. Sedangkan peradaban Cina dan Jepang
menemukan kriptografi pada abad 15 M.
|
Scytale |
Peradaban Islam juga menemukan kriptografi karena penguasaannya terhadap
matematika, statistik, dan linguistik. Bahkan teknik kriptanalisis
dipaparkan untuk pertama kalinya pada abad 9 M oleh seorang ilmuwan
bernama Abu Yusuf Ya’qub ibn ‘Ishaq as-Shabbah al Kindi atau dikenal
dengan Al-Kindi yang menulis kitab tentang seni memecahkan kode.
Kitabnya berjudul
Risalah fi Istikhraj al-Mu’amma
(Manuskrip untuk memecahkan pesan-pesan Kriptografi). Terinspirasi dari
perulangan huruf dalam Al-Qur’an, Al-Kindi menemukan teknik analisis
frekuensi, yakni teknik untuk memecahkan ciphertext berdasarkan
frekuensi kemunculan karakter pada sebuah pesan (Wirdasari, 2008).
|
Risalah fi Istikhraj al-Mu’amma |
Istilah-istilah dalam Kriptografi
Dalam kriptografi akan dijumpai beberapa istilah-istilah penting antara
lain adalah plaintext, ciphertext, enkripsi, dekripsi, cryptanalysis,
dan cryptology. Plaintext adalah data yang dapat dibaca, sedangkan
teknik untuk menjadikan data tidak dapat dibaca disebut enkripsi. Data
yang telah dienkripsi disebut ciphertext, dan teknik untuk mengembalikan
ciphertext menjadi plaintext disebut dekripsi (Prayudi, 2005).
Cipher merupakan algoritma kriptografi, yakni fungsi matematika yang
berperan dalam enkripsi dan dekripsi data (Rizal, 2011). Pelaku yang
ahli dalam bidang kriptografi disebut cryptographer.
Cryptanalysis adalah ilmu untuk memecahkan ciphertext menjadi plaintext
dengan tidak melalui cara yang semestinya, sedangkan orang yang
menguasai ilmu ini disebut Cryptanalyst. Cabang matematika yang meliputi
kriptografi dan cryptanalysis disebut Cryptology, sedangkan orang yang
menguasai ilmu ini disebut cryptologist.
|
Proses enkripsi dan dekripsi |
Jenis Kriptografi Berdasarkan Perkembangan
Algoritma kriptografi dapat diklasifikasikan menjadi menjadi dua jenis
berdasarkan perkembangannya, yaitu kriptografi klasik dan kriptografi
modern.
a. Algoritma Kriptografi Klasik
Algoritma ini digunakan sejak sebelum era komputerisasi dan kebanyakan
menggunakan teknik kunci simetris. Metode menyembunyikan pesannya adalah
dengan teknik substitusi atau transposisi atau keduanya (Sadikin,
2012). Teknik substitusi adalah menggantikan karakter dalam plaintext
menjadi karakter lain yang hasilnya adalah ciphertext. Sedangkan
transposisi adalah teknik mengubah plaintext menjadi ciphertext dengan
cara permutasi karakter. Kombinasi keduanya secara kompleks adalah yang
melatarbelakangi terbentuknya berbagai macam algoritma kriptografi
modern (Prayudi, 2005).
b. Algoritma Kriptografi Modern
Algoritma ini memiliki tingkat kesulitan yang kompleks (Prayudi, 2005),
dan kekuatan kriptografinya ada pada key atau kuncinya (Wirdasari,
2008). Algoritma ini menggunakan pengolahan simbol biner karena berjalan
mengikuti operasi komputer digital. Sehingga membutuhkan dasar berupa
pengetahuan terhadap matematika untuk menguasainya (Sadikin, 2012).
Jenis Kriptografi Berdasarkan Kunci
Algoritma kriptografi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
berdasarkan kuncinya, yaitu algoritma simetris dan algoritma asimetris
(Prayudi, 2005).
a. Algoritma Simetris
Algoritma ini disebut simetris karena memiliki key atau kunci yang sama
dalam proses enkripsi dan dekripsi sehingga algoritma ini juga sering
disebut algoritma kunci tunggal atau algoritma satu kunci. Key dalam
algoritma ini bersifat rahasia atau private key sehingga algoritma ini
juga disebut dengan algoritma kunci rahasia (Prayudi, 2005).
b. Algoritma Asimetris
Algoritma ini disebut asimetris karena kunci yang digunakan untuk
enkripsi berbeda dengan kunci yang digunakan untuk dekripsi. Kunci yang
digunakan untuk enkripsi adalah kunci publik atau public key sehingga
algoritma ini juga disebut dengan algoritma kunci publik. Sedangkan
kunci untuk dekripsi menggunakan kunci rahasia atau private key
Tidak ada komentar:
Posting Komentar